Sejarah Islam Secara Garis Besar

Sejarah Islam Secara Garis Besar

Sejarah Islam Secara Garis Besar – Secara garis besar sejarah Islam dapat dibagi dalam tiga periode besar, yakni periode klasik, periode pertengahan dan periode modern.

Periode klasik ialah awal dari penyebaran ajaran Isalm yang dilakuakn Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Saat awal perkembangnnya, Rasulullah berusaha supaya umat manusia saat itu dapat memahami ajaran-ajaran Islam. Al-Qur’an ialah sumber utama untu berdakwah saat itu. Metode yang dipakai oleh Rasulullah saat itu ialah dengan mengajarkan Isalm dirumah Arqom ataupun dirumah Rasulullah sendiri. Hal-hal yang diajarkan pada masa ini ialah berkisar pada masalah ibadah mahdhah ghairu mahdhah dan kegitan ini berlangsung sampai masa Khulafaurrasyidin.

Saat masa empat Khilafah ini, ilmu pengetahuan dalam konteks kejian agama telah lebih luas karena wilayah kekuasaan Islam juga bertambah luas dan dibarengi dengan permasalahan yang dihadapi juga semakin bertambah dan kompleks. Lahirlah kajian ajaran agama yang menggunakan pertimbangan akal atau ijtihad baik dalam bentuk Ijma’ maupun Qiyas. Tata pemerintahan, birokrasi, administrasi serta hukum saat masa Khulafurrasyidin ialah bentuk perkembangan ilmu pengetahuan sat masa tersebut.

Selain itu, keadaan pada masa tersebut menyebabkan lahirnya berbagai macam aliran dalam masalah Aqidah, yaitu: aliran Khawarij, Murjiah, Jabariyah dan Qadariyah. Keempat aliran ini ialah ombrio keilmuan dan filsafat yang melahirkan kajian rasional terhadap persoalan akidah.

Sejarah Islam Secara Garis Besar

Masa pertengahan berlangsung usai khulafaurrasyidin, tepatnya pada masa Daulah Umayyah sekitar abad ke 7 dan Daulah Abbasiyah pada abad ke 8.

Khalifah Bani Umayyah yang terkenal dalam mempelopori gerakan pengembangan ilmu pengetahuan ialah Umar bin Abdul Aziz. Beliau yang mempelopori kodifikasi hadits-hadits Nabi. Saat masa ini muncul tokoh Al Tabari Ibn Hazm yang menjadi pelopor dalam berkembangnya bidang keilmuan pada masanya. Kejayaan Islam pada masa pertengahan mencapai puncaknya saat Daulah Abbasiyah berkuasa, beberapa diantaranya yakni:

BACA JUGA :   Pengertian Kedudukan Dan Fungsi Al-Qur'an

1. Gerakan penerjemahan

Walau kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, usaha untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para Persia ialah terutama dalam bidang tata Negara dan sastra. Ilmuan diutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah ialah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama ialah dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Lalu naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan ialah tentang ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan akan tetapi, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.

– Baitul hikmah

Baitul hikmah ialah perpustakaan yang memiliki fungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

– Pada masa Harun Al-Rasyid

Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah atau Khazanah kebijaksanaan yang memiliki fungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.

– Pada masa Al-Ma’mun

Lembaga Khizanahal-Hikmah dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang digunakan dengan lebih maju yakni sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia serta India. Direktur perpustakaannya merupakan seorang nasionalis Persia yang bernama Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi serta matematika.

BACA JUGA :   11 Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

2. Dalam bidang filsafat

Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi serta musik yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak dan suara, ibn Ishaq al-Kinemasa abbasiyah seperti Ya’kub ibn Ishaq al-Kinl-Farabi,Ibn Bajah, Ibnu Tufail dan Ibn Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan contoh, seperti metamor, analogi, dan gambaranimajinatif.

3. Dalam bidang hukum Islam

Karya pertama yang diketahui ialah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi mengenai fiqih Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama ialah Abu Hanifah (w.150/767). Walau diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya berhasil terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

4. Dalam bidang Peradaban

Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk selanjutnya diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul di masa ini.

Secara keseluruhan, para filosof dan ilmuwan yang menjadi tonggak perkembangan kejayaan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan pada masa pertengahan ialah Jahir Ibn Hayyan, Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Hunain Ibn Ishaq, Tsabut ibn Qur’ah, Muhammad ibn Musa al Khawarizmi, Muhammad ibn Zakariya al Razi, Abu Nasr al Farabi, Abu Hasan al Mas’udi, Abu Ali Husain al Mas’udi, Abu Ali Husain ibn Sina, Abu Ali Hasan al Haitsam, Al Biruni, Abu Qasim Maslamah al Majrithi, dan Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al Ghazali.

BACA JUGA :   Cara Agar tidak Haid Saat Ramadhan

Zaman modern terjadi usai zaman klasik, pertengahan, dan jumud. Pada zaman modern dapat dikatakan sebagai kebangkitan umat Islam dalam ilmu pengetahuan. Dapat juga dikatakan, bahwa zaman modern merupakan kembalinya kejayaan zaman pertengahan, tepatnya pada masa Daulah Abbasiyah. Kesamaan ini dapat dilihat dari kebebasan menggunakan akal pikiran dalam menghadapi sebuah masalah, sehingga dari kebebasan ini munculah istilah ijtihad terbuka. Zaman pertengahan atau Daulah Abbasiyah ditandai dengan berkuasanya para penganut aliran Mu’tazilah. Karena kebebasan berpikir mempunyai kesamaan dengan cara berpikir aliran Mu’tazilah, ilmu pengetahuan dan filsafat dapat berkembang dengan baik pada masa modern.

Pada masa ini tokoh-tokoh Islam yang pro dengan gerakan modernism berupaya untuk melepaskan umat Islam dari kejumudan. Cara yang ditempuh antara lain seperti mengikuti pendidikan dan pelatihan berorientasi kemajuan iptek yang saat itu diklaim sebagai ilmu milik orang barat (kafir), baik dengan mengirimkan pelajar ke Eropa maupun dengan cara lainnya.

Tokoh-tokoh yang komitmen terhadap ide pembaruan atau modern tajdid ialah Rifa’ah Badawi Rafi al Tahtawi, Jamaluddin al Afghany, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Itulah sekilas penjelasan tentang Sejarah Islam Secara Garis Besar, terima kasih telah menyempatkan membaca, semoga artikel yang anda baca bermanfaat, jangan sungkan untuk mengirimkan kritik maupun saran kepada redaksi kami

Baca Juga >>>

You May Also Like

About the Author: Estriana Fiwka