Daftar Isi :
Propaganda Jepang di Indonesia – Pada permulaan tentara jepang menginjakan kaki nya di Indonesia, mereka berbuat baik terhadap bangsa jepang. Jepang melancarkan propaganda, bahwa jepang akan mendukung kemerdekaan indonesia. Propaganda itu disiarkan oleh radio jepang, yang disebut Nippon Hoso Kyoku. Pada stasiun itu dibentuk seksi indonesia, yang khusus mengadakan penyiaran bagi bangsa indonesia. Siaran-siaran itu didahului oleh lagu Indonesia Raya.
Jepang mengaku sebagai Saudara Tua, yang hendak memperbaiki nasib bangsa indonesia dan membebaskannya dari penjajahan belanda. Pada mulanya, penduduk dibiarkan mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dinas propaganda jepang, yang disebut sendenbu menganjurkan agar rakyat indonesia memberi dukungan sepenuhnya kepada “saudara tua” untuk memenangkan “perang suci” dan membangun kemakmuran bersama di Asia Timur Raya, yang disebut Dai Toa. Jepang menjadi pemimpin bangsa Asia dengan semboyan: NIPPON CAHAYA ASIA – NIPPON PEMIMPIN ASIA – NIPPON PELINDUNG ASIA. Semboyan itu digambarkan dengan lambang “Tiga A”.
“Akan tetapi, janji-janji manis selangkah demi selangkah diingkari oleh jepang. Pada tanggal 20 maret 1992, baru sebelas hari setelah belanda menyerah, penguasa jepang sudah melarang dikibarkan bendera merah putih dan dilarang menyanyikan lagu indonesia raya.”
Dinas propaganda jepang makin giat mengajak rakyat agar membaktikan tenaga dan hartanya untuk perbekalan perang. Beribu-ribu rakyat terkena wajib kerja paksa ditempat-tempat yang jauh dari kampung halamannya. Mereka mengerjakan pembangunan-pembangunan militer, seperti pembangunan landasan terbang, jembatan-jembatan, gua-gua penyimpanan perbekalan, benteng-benteng pertahanan, dan sebagainya. Mereka itu disebut romusha. Romusha Indonesia dikirimkan juga ke daerah-daerah medan perang dimalaya dan birma.
Selain itu juga rakyat indonesia diperas tenaga dan hartanya. Padi, jagung, ternak dan hasil-hasil usaha pertanian rakyat harus diserahkan sebagian kepada jepang. Para petani diwajibkan pula menanam pohon jarak, yang buahnya diolah untuk minyak pelumasan kendaraan-kendaraan. Bahkan barang-barang perhiasan yang berharga dimintanya dari indonesia. Selain itu masih banyak lagi kekejaman jepang terhadap rakyat indonesia. Menghadapi penderitaan itu, rakyat tidak berani mengeluarkan keluhannya, karena takut diketahui oleh polisi rahasia jepang yang disebut kompeitai yang terkenal kejam.
Pada akhirnya terjadilah perlawanan rakyat indonesia terhadap jepang, karena tentara pendudukan jepang telah menginjak norma-norma masyarakat yang telah menyebabkan penderitaan lahir batin bangsa indonesia.
Di aceh terjadi perlawanan rakyat, yang dipimpin oleh tengku abdul jalil; di tasikmalaya terjadi perlawanan yang dilakukan oleh para santri di pesantren singaparna, yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustofa (1944). Para santri telah tersinggung, karena jepang mengharuskan tiap barisan rakyat melakukan upacara penghormatan kepada Tenno Heika dengan membungkukan badan dan berkiblat ke tokyo.
Ketika sepasukan tentara jepang dan pasukan polisi datang kepesantren singaparma, mereka disambut oleh para santri dengan perlawanan sengit, yang mempergunakan berbagai senjata tajam. Dengan susah payah tentara jepang dapat memadamkan perlawan itu dengan kejam. K.H. Zaenal Mustofa ditangkap kemudian dihukum mati. Kejadian serupa timbul di Indramayu dibawah pimpinan H. Madriyas, H. Kartika, Kiai Srengseng, Kiai Husein, Kiai Mukasan.
Baca Juga :
Sikap Terhadap Globalisasi
Prasejarah Zaman Batu